Beranda | Artikel
Persiapan Menyambut Tamu Agung
Senin, 18 April 2022

Edisi 1834

Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, bulan mulia yang dinantikan kedatangannya oleh orang-orang shalih, tamu agung yang datang membawa berbagai macam kebaikan dan keutamaan. Orang beriman akan menyambutnya dengan rasa gembira dan suka cita. Allah Ta’ala berfirman,

Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus : 58)

 

Oleh karena itu, ketika Ramadhan datang, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan memberi kabar gembira kepada para sahabatnya. Beliau bersabda,

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad, 2/385, shahih)

 

Selain itu ada banyak sekali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan dan kemuliaan Ramadhan, semakin menguatkan alasan kita mengapa harus bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan.

 

Namun Ramadhan yang datang pada akhirnya akan pergi. Agar kepergiannya tidak berbuah penyesalan, kedatangannya perlu disambut dengan persiapan yang serius. Berikut ini beberapa persiapan yang perlu dilakukan.

 

Pertama, Berdoa

Persiapan pertama yang perlu dilakukan adalah berdoa kepada Allah agar dikaruniai umur panjang hingga berjumpa dengan bulan ramadhan. Bahkan para pendahulu kita yang shalih sudah berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelumnya. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,

“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232)

 

Demikian juga berdoa memohon taufik dan kemudahan agar bisa mengisi Ramadhan dengan maksimal. Sebab tidak sedikit orang yang merindukan Ramadhan, tetapi tatkala Ramadhan datang, dia menghabiskan Ramadhan tanpa memperoleh manfaat sama sekali. Seorang hamba harus menyadari kelemahan dan kelalaian dirinya. Kalaulah bukan karena Allah, niscaya tak sedetik pun waktu kita terisi dengan kebaikan.

 

Kedua, Tekad Kuat dan Niat Tulus

Tekad yang kuat dan niat yang tulus akan membuat seseorang bisa produktif dalam mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shalih. Selain itu, kesungguhan dan keseriusan juga bisa menjadi sebab datangnya taufik dan kemudahan dari Allah. Artinya ketika Allah mengetahui bahwa di dalam hati hamba-Nya terhujam tekad yang kuat dan niat sungguh-sungguh untuk meraih keutamaan Ramadhan, maka Allah akan memberikan kemudahan kepada hamba tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Jika engkau jujur dengan Allah niscaya Allah akan mewujudkan keinginanmu.” (HR. An Nasaa’i 1953)

 

Ketiga, Memperbanyak Taubat

Dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan. Sebab dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati yang membuatnya berat melakukan ibadah dan amal shalih. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Jika punggung telah berat memikul dosa-dosa, maka hati akan terhalangi untuk berjalan menuju Allah dan anggota badan juga akan terhalangi untuk bangkit melaksanakan ketaatan kepada-Nya.” (Badai’ut Tafsir, 3/332)

 

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id, semalaman aku dalam keadaan sehat, lalu aku ingin melakukan shalat malam dan aku telah menyiapkan kebutuhan untuk bersuci, tapi mengapa aku tidak dapat bangun?” Al-Hasan menjawab, “Dosa-dosamu mengikatmu.” (Ihya’ Ulumiddin, 1/313)

 

Oleh karena itu, sebelum ramadhan tiba hendaknya seorang hamba berusaha membersihkan hatinya dari noda dan maksiat dengan memperbanyak taubat dan istighfar. Dia bertaubat dengan taubat nasuha, taubat yang dilandasi oleh rasa ikhlas dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dia lakukan, kemudian pergi menjauh meninggalkan dosa tersebut, lalu bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Jika dia pernah berlaku dzhalim kepada orang lain maka dia meminta maaf.

 

Namun bukan berarti bermaaf-maafan dijadikan sebagai tradisi menjelang Ramadhan yang dilakukan bahkan kepada orang yang dia tidak kenal dan juga tidak pernah berbuat salah kepadanya. Apalagi jika menggangap kurang afdhal jika tidak dijalani menjelang Ramadhan.

 

Keempat, Bekal Ilmu

Diantara sambutan terbaik terhadap datangnya bulan Ramadhan adalah berusaha mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan Ramadhan. Sebab seorang hamba wajib berilmu sebelum beramal. Allah Ta’ala berfirman,

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang patut diibadahi kecuali Allah.” (QS. Muhammad: 19)

 

Ayat tersebut memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum beramal. Ilmu dipentingkan sebelum beramal agar amal tersebut sesuai dengan syariat, supaya tata caranya benar dan agar keutamaannya bisa diraih. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, bisa membuatnya kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, bisa membuatnya hanya berujung pada lapar dan dahaga saja tanpa mendapatkan pahala.

 

Oleh karena itu, guna menyambut Ramadhan dengan ilmu, perlu kiranya menyegarkan kembali pelajaran tentang fiqh ibadah dan amalan-amalan di bulan Ramadhan, adab-adab dan sunnah-sunnah dalam berpuasa, pembatal-pembatal puasa, serta hal-hal yang mesti dihindari oleh orang yang berpuasa supaya tidak mengurangi kualitas puasanya.

 

Kelima, Persiapan dan Perencanaan Target

Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dipersiapkan menjelang Ramadhan adalah mempersiapkan dan merencanakan target. Walaupun cenderung bersifat teknis tetapi hal ini penting karena gagal dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan.

Misalnya, target bacaan Al-Quran. Seseorang bisa menargetkan 1 kali khatam selama Ramadhan, berarti paling tidak dia harus membaca Al-Quran 1 juz per hari. Atau dia menargetkan 3 kali khatam berarti paling tidak dia harus membaca Al-Quran 3 juz per hari. Demikian seterusnya.

Contoh lain, target sedekah. Seseorang yang memiliki kelebihan harta bisa menargetkan setiap hari bersedekah 10 ribu rupiah atau menyumbangkan 1 kardus air mineral setiap pekannya. Bisa pula menargetkan untuk memberi makanan buka puasa kepada 100 orang selama Ramadhan.

 

Jika seorang muslim telah merencanakannya sebelum Ramadhan, maka dia bisa mengalokasikan hartanya sejak sebelum Ramadhan. Dengan izin Allah, persiapan dan perencanaan yang baik akan sangat membantu seorang muslim bisa memaksimalkan ibadah dan amal shalih pada bulan Ramadhan.

 

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim dalam menyambut Ramadhan. Semoga dengan berusaha melakukan hal-hal tersebut, Allah memberi taufik dan kemudahan dalam mengisi Ramadhan sehingga kita dapat meraup keutamaan Ramadhan yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya.

 

Beberapa Keliruan Dalam Menyambut Ramadhan

Pada sebagian masyarakat dijumpai beberapa praktek amalan yang keliru yang dilakukan saat menjelang ramadhan, diantaranya :

Pertama, ziarah kubur (nyadran). Ziarah kubur pada dasarnya merupakan amalan yang disyariatkan dalam Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah.” (HR. Muslim no. 977)

Tetapi jika dikhususkan dengan keyakinan lebih afdhal dilakukan saat menjelang Ramadhan maka hal ini keliru karena tidak dituntunkan dalam syariat. Apalagi jika tujuannya berziarah kubur untuk berdoa kepada penghuni kubur agar dilapangkan rezekinya, enteng jodohnya, bertahan jabatannya, maka ini adalah perbuatan syirik.

Kedua, mandi besar atau keramasan (padusan). Praktek amalan ini juga tidak disyariatkan, karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Semakin diperparah dengan campur baur yang terjadi antara lelaki dan perempuan saat melakukan kegiatan ini.

 

Hanya Allah yang memberi taufiq.

 

Penulis :

Zulfahmi Djalaluddin, S.Si

Alumni Mahad Al-‘Imi, Yogyakarta


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/persiapan-menyambut-tamu-agung/